06/08/2009 Si 'Burung Merak' Susul 'Tak Gendong' Nusantara HK Mulkan Penyair bernama asli Willibrordus Surendra Broto Rendra yang lahir di Solo, 7 November 1935 ini menghembuskan napas terakhirnya di RS Mitra Keluarga, Depok, Kamis (6/8)sekitar pukul 22.05 WIB. Kematiannya mengagetkan dunia seni Indonesia yang baru saja terhenyak atas kematian si penyanyi fenomenal Urip Ahmad Riyanto alias Mbah Surip, si pelantun lagu Tak Gendong. Pasalnya, Mbah Surip yang merupakan teman dekatnya telah meminta izin kepadanya untuk dimakamkan di kompleks Bengkel Teater, Citayam, Depok, yang didirikan Rendra. Saat kematian Mbah Surip 4 Agustus lalu, Rendra bahkan tidak sempat menghadirinya. Saat itu dia tengah mendapat perawatan intensif di RS Mitra Kelapa Gading, Jakarta, akibat komplikasi penyakit jantung koroner dan ginjal yang telah dideritanya bertahun-tahun. WS Rendra mencurahkan sebagian besar hidupnya dalam dunia sastra dan teater. Menggubah sajak maupun membacakannya, menulis naskah drama sekaligus melakoninya sendiri, dikuasainya dengan sangat matang. Sajak, puisi, maupun drama hasil karyanya sudah melegenda di kalangan pecinta seni sastra dan teater di dalam negeri, bahkan di luar negeri. Menekuni dunia sastra baginya memang bukanlah sesuatu yang kebetulan namun sudah menjadi cita-cita dan niatnya sejak dini. Hal tersebut dibuktikan ketika ia bertekad masuk ke Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, selepas menamatkan sekolahnya di SMA St Josef, Solo. Setelah mendapat gelar sarjana muda, dia kemudian melanjutkan pendidikannya di American Academy of Dramatical Art, New York, Amerika Serikat. Sejak kuliah di UGM, dia telah giat menulis cerpen dan esai di berbagai majalah, seperti Mimbar Indonesia, Siasat, Kisah, Basis, dan Budaja Djaja. Dia juga menulis puisi dan naskah drama. Sebelum berangkat ke Amerika, dia telah banyak menulis sajak maupun drama. Di antaranya, kumpulan sajak Balada Orang-orang Tercinta serta Empat Kumpulan Sajak yang sangat digemari pembaca pada zaman itu. Sepulangnya dari AS pada 1967, pria tinggi besar berambut gondrong dengan suara khas ini mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Memimpin teater, menulis naskah, menyutradarai, dan memerankannya, dilakukannya dengan sangat baik. Karya-karyanya yang berbau protes pada masa aksi mahasiswa sangat aktif di 1978, membuat Rendra pernah ditahan pemerintah Orde Baru. Demikian juga pementasannya ketika itu sering kali mendapat larangan. Seperti dramanya yang terkenal berjudul Sekda dan Mastodon, serta Burung Kondor dilarang untuk dipentaskan di Taman Ismail Marzuki. Di samping karya kritis, dramawan ini juga sering menulis karya sastra yang menyuarakan kehidupan kelas bawah. Di antaranya, puisi yang berjudul Bersatulah Pelacur-Pelacur Jakarta dan puisi Pesan Pencopet Kepada Pacarnya. Prestasinya di dunia sastra dan drama selama ini juga telah ditunjukkan lewat banyaknya penghargaan yang telah diterimanya. Seperti Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional pada 1957, Anugerah Seni dari Departemen P dan K pada 1969, Hadiah Seni dari Akademi Jakarta pada 1975, dan lain sebagainya. Kini Si Burung Merak itu telah tiada. Selamat jalan Burung Merak. Terbanglah menuju peristirahatan terakhirmu dengan tenang… [E1] MAU BISNIS FRANCHISING SYARIAH KELAS UKM ? INVESTASI CUMA 200 rb.Rp - SILAKAN KLIK DISINI. UNTUK LOGIN KETIK = DBS2146698, PW=baratajaya , INSYAALLAH HALAL- MUDAH - MURAH, http://www.duta4future. com/ 1--BISNIS 5 MILYAR Rp, MODAL 180 rb Rp KLIK DISINI 2--MAU BACA BLOG YANG SERIUS ? KLIK DISINI 3--MAU TOOLBAR KETAWA KETIWI ? KEREN BOO ! KLIK DISNI 4--MAU PUNYA PASIVE INCOME ?? MODAL CUMA 280 rb Rp SAJA 5--KETAWA KETIWI YUU KLIK DISINI Raih Asset 1 Milyar dalam 1 bulan klik disini !!!! |
Kamis, 06 Agustus 2009
Fw: Si 'Burung Merak' Susul 'Tak Gendong'
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar